MUDA MERDEKA
MUDA MERDEKA
Merdeka, sebuah kata yang seringkali digaungkan rakyat
Indonesia di masa pengusiran penjajah. Sebuah kondisi yang diperjuangkan
sedemikian rupa oleh pahlawan terdahulu untuk generasi mendatang. Hingga saat
ini, kata ”merdeka” acap kali disebutkan saat mendekati 17 Agustus setiap
tahunnya sebagai bentuk peringatan kemerdekaan Indonesia. Merdeka tidak semestinya
terhenti hanya sampai saat penjajah menyerah merampas kekayaan dan kemanusiaan di
negeri ini. Generasi muda Indonesia tetaplah harus memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia di jalur lain, seperti pendidikan dan budaya.
Pendidikan pada masa penjajahan dibentengi tembok besar
antara si kaya dan si miskin. Pendidikan semasa itu membatasi si miskin untuk
mencari ilmu dan berkembang turut menyejahterahkan hidupnya. Bisa dikatakan,
”si miskin akan semakin miskin, si kaya akan semakin jaya” akibat pendidikan
yang tidak merata itu. Pada masa itu, pendidikan masih menjadi topik yang tabu
untuk dibicarakan sebagai penentu masa depan si miskin. Terima kasih kepada
Belanda yang mengenalkan pendidikan pada rakyat Indonesia meskipun pada
akhirnya mereka menjadikan pendidikan itu sebagai alat untuk mempekerjakan si
miskin di negara sendiri. Lambat laun, pendidikan mulai merata antara si kaya
dan si miskin, meskipun kualitas yang diberikan masih ada kesenjangan. Bergerak
pada beberapa masa berikutnya, tak ada lagi tembok besar antara si kaya dan si
miskin dalam mendapat pendidikan. Tak berhenti di situ, masih ada tembok besar
lainnya yang membatasi meratanya pendidikan. Ya, si laki-laki dan perempuan.
”Sejatinya perempuan bertempat di dapur, tidak perlu belajar terlalu tinggi”.
Andai saja saat itu perempuan bernama Raden Ajeng Kartini Djojoadhiningrat
tidak memberontak untuk mendapatkan haknya di dunia pendidikan, mungkin hingga
saat ini pemikiran patriarki yang dahulu digemakan hingga ke pelosok negeri ini
masih tertanam.
Sejatinya, pendidikan tidak berbatas antara si kaya dan
si miskin, si laki-laki dan si perempuan, atau yang lainnya. Siapapun perlu
mendapatkan hak yang sama untuk kesejahteraan dirinya. Pada masa ini,
pendidikan merupakan senjata penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia
sejak dini. Apalagi, sekarang terdapat berbagai media yang dapat memudahkan
kita untuk mencari informasi. Tak ada lagi alasan ”terbelenggu” dalam mencari
ilmu. Generasi muda saat ini bukan hanya merdeka dari penjajah namun juga merdeka
dalam mengenyam pendidikan. Tak sedikit generasi muda kita berhasil sampai ke
ujung dunia untuk mencari ilmu.
Merdeka, tidak hanya berhasil melahirkan generasi emas
yang turut mengharumkan nama negeri ini. Budaya yang dijaga dan dilestarikan
sejak zaman penjajah turut membanggakan nama Indonesia. Baju tradisional, alat
musik, tradisi turun temurun kerap menjadi warisan yang diagungkan hingga ke
kancah internasional. Di era yang serba digital ini, rakyat Indonesia semakin
mudah dalam mengenalkan budaya. Seperti tari kecak, reog ponorogo, angkulung,
gamelan, seni wayang, dan batik merupakan bukti bahwa budaya Indonesia telah mendunia. Kita sebagai
generasi emas perlu meneruskan budaya dan melestarikannya dengan memanfaatkan
platform yang kita miliki. Kita dapat mengenalkan dengan membuat konten bertemakan
budaya di platform dengan jangkauan luas agar masyarakat luar dan tentunya
bangsa kita sendiri semakin mengenal kekayaan Indonesia. Warisan budaya
Indonesia merupakan sebuah kekayaan yang jangan sampai diakuisisi dan direbut
kepemilikannya seperti saat leluhur kita masih dijajah. Karena merdeka berarti
sejahtera dan kuat.
Harapannya, kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pahlawan terdahulu dapat dimanfaatkan dengan lebih baik oleh generasi emas kita untuk dapat mengharumkan nama bangsa dengan pendidikan dan budayanya. Karena kita sudah merdeka, tidak ada alasan lain yang dapat membuat kita merasa terbelenggu, tidak bebas, dan dikendalikan oleh orang lain atau siapapun itu. MUDA MERDEKA!
Oleh: UNUSA Masayu Rabbani Anastasia 1230022026
Komentar
Posting Komentar